
Solusi Mekanisasi untuk Pertanian Berkelanjutan, Ramah Lingkungan dan Cerdas Mengelola Iklim
19-20 Juni 2024, Qingdao, Tiongkok. Di banyak bagian wilayah Asia-Pasifik, petani biasanya menjalankan dua atau tiga musim pertanian. Dorongan untuk mencapai produktivitas ini telah memicu peningkatan luar biasa dalam praktik pertanian modern, termasuk mekanisasi yang meluas. Namun, kisah sukses ini memiliki konsekuensi tersembunyi: semakin banyaknya sisa tanaman, produk sampingan yang dihasilkan setiap panen. Di banyak negara, pembakaran sisa jerami setelah memanen tanaman pokok seperti padi merupakan praktik umum di kalangan petani. Jerami ini, yang sering dianggap memiliki nilai minimal dan menghambat penanaman berikutnya, perlu dibersihkan dari ladang. Petani kecil yang memiliki keterbatasan sumber daya, menghadapi tenggat waktu yang ketat untuk siklus penyemaian berikutnya, sering kali menggunakan pembakaran sisa sebagai pilihan yang paling cepat dan terjangkau. Namun, praktik ini memiliki kelemahan lingkungan yang signifikan.
Pembakaran jerami berdampak buruk pada pertanian dan lingkungan. Pembakaran jerami secara langsung merusak tanah, menghabiskan nutrisi penting seperti fosfor dan mengurangi bahan organik yang penting untuk retensi kelembaban. Degradasi ini melemahkan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman yang sehat. Selain itu, pembakaran melepaskan campuran gas rumah kaca yang berbahaya, termasuk karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida, yang mempercepat perubahan iklim. Polusi udara yang dihasilkan tidak hanya menjadi masalah lingkungan; tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan manusia, menyebabkan masalah pernapasan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Polusi ini dapat melumpuhkan transportasi, memaksa penutupan sekolah dan bisnis, dan bahkan menempuh jarak yang jauh, yang berdampak pada kualitas udara lintas batas.
Xiaowei LIU, DG of China Agricultural Machinery Testing Center (CAMTC), membuka rangkaian acara pagi ini dengan memberikan penjelasan mengenai perkembangan isu yang terjadi saat ini di China serta perkembangan mekanisasi pertanian dilanjutkan dengan Direktur Environment and Development Division, ESCAP, Sangmin Nam yang menjabarkan lebih dalam lagi mengenai peran penting perkembangan alat dan mesin pertanian dalam mendukung peningkatan produksi pertanian di Asia dan Pacific di saat ini ditengah perkembangan yang ada.
Yutong LI, Head of Centre for Sustainable Agricultural Mechanization, United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP-CSAM), menyampaikan sambutannya mengatakan pelaksanaan workshop ini bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan dan berbagi praktik terbaik dari negara-negara di kawasan ini tentang solusi mekanisasi untuk mengatasi pembakaran sisa tanaman.
2. Mendorong pertukaran pengetahuan di antara para pembuat kebijakan, peneliti, praktisi penyuluhan, pengusaha, dan petani yang mengarah pada kebijakan yang lebih efektif, penciptaan solusi inovatif, dan adopsi praktik pengelolaan jerami terpadu yang lebih luas melalui solusi mekanisasi.
3. Menumbuhkan kolaborasi regional di antara semua pemangku kepentingan terkait tentang pengelolaan jerami terpadu melalui solusi mekanisasi untuk pertanian yang berkelanjutan dan cerdas iklim.
Dengan pemanfaatan mekanisasi pertanian yang tepat guna dan pemanfaatan teknologi yang tepat dalam penanganan jerami usai panen dapat membantu petani dalam melakukan budidayanya, seperti yang diimplemetasikan di beberapa negara Asia dimana Indonesia menjadi salah satu nya.